Kamis, 08 Juli 2010

JUDI LEGAL??????

JUDI LEGAL??????

“Indonesia bukanlah Negara Islam, dan meskipun dilarang, judi masih tetap menjalar luas. Alangkah baiknya judi diorganisir agar agar negara juga untung. Dalam hal ini tentunya, negara mendapat bagian dari hasil judi”

Alasan diatas hanyalah seklumit dan sebagian kecil dari beribu alasan yang diajukan oleh para pemicu legalisasi perjudian. Alasan yang benar-benar memalukan. Sebegitu miskinkan Indonesia sehingga pendidikan harus dibiayai oleh para penjudi? Sebegitu melaratkah negeriku ini sehingga jalan raya yang aku lalui harus dibangun dengan dana pajak dari hasil judi? Jika jalan itu nantinya dilewati ayah-ayah yang mencari nafkah, maka anak-anak mereka turut menikmati hasil judi. Meskipun uang yang didapatkan ayah mereka merupakan hasil jerih payah ayah-ayah mereka. Darah yang mengalir dalam tubuh generasi muda kita memuat barang haram....... Masya Allah..............
Ibarat membangun masjid dengan uang hasil curian.....
Negara macam apa yang menyuapi rakyatnya dengan uang hasil judi???
Negara macam apa yang malah menjerumuskan bermilyar-milyar rakyatnya untuk bersama-sama menghalalkan yang haram....
Belum lagi akibat yang dapat ditimbulkan akibat legalisasi perjudian. Pada kenyataannya, judi tidak dapat dipisahkan dengan minuman keras dan prostitusi. Apakah dengan dilegalkannya judi, maka minuman keras dan prostitusi pun akan legal di negeri ini???!! Jika ya, pasti Indonesia akan menjadi negara yang kaya raya karena pajak yang diperoleh akan semakin berlipat... Kaya raya...???

Sebegitu putus asakah para dewan perwakilanku, sehingga orang yang seharusnya mengayomi rakyat, malah akan membangun negara dengan cara yang begitu memalukan...? Ibarat penyakit, bukan disembuhkan, malah diberikan segala sesuatu yang membuat penyakit bertambah parah bahkan bermutasi menjadi penyakit yang makin ganas. 

Islam mengajarkan umatnya untuk taat pada pemimpin mereka, dalam hal ini adalh pemerintah yang berwenang. Tapi, jika pemimpin itu kini telah melanggar aturan Sang Maha Pengatur, kita harus menghunus pedang kedepan mata para pemimpin kita yang sepertinya telah lupa akan tugasnya sebagi pemimpin. 

Sesungguhnya, niat yang baik yang dilakukan dengan cara yang salah tetaplah merupakan suatu hal yang salah............(Logical Conjunction In Mathematic)

Minggu, 06 Juni 2010

ALTERNATOR MOBIL SEBAGAI PENGGERAK PERAHU NELAYAN BERBASIS ENERGI ANGIN (WIND ENERGY)

ALTERNATOR MOBIL SEBAGAI PENGGERAK PERAHU NELAYAN BERBASIS ENERGI ANGIN (WIND ENERGY)

ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Karena generator yang biasa dipakai pada turbin merupakan barang yang sangat mahal, maka dipilih alternator mobil sebagai alat yang dapat digunakan untuk proses konversi energi angin menjadi energi listrik. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana memanfaatkan alternator mobil sebagai penggerak perahu nelayan beserta dengan optimasi peletakannya pada perahu. Optimasinya nanti akan diselesaikan menggunakan metode IP (Integer Programming). Akan digunakan MATLAB untuk simulasinya yaitu pada tools GUI (Graphical User Interfaces) . Dalam simulasinya, akan ditunjukkan peletakan turbin yang optimal beserta daya maksimum yang dapat diperoleh turbin.

Kata kunci: Turbin, Generator, Alternator,optimasi peletakan.

I. PENDAHULUAN
Alam menyediakan banyak sumber daya yang bisa diolah menjadi energi alternatif. Angin termasuk salah satunya. Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Karena generator yang biasa dipakai pada turbin merupakan barang yang sangat mahal, maka dipilih alternator mobil sebagai alat yang dapat digunakan untuk proses konversi energi angin menjadi energi listrik. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana memanfaatkan alternator mobil sebagai penggerak perahu nelayan beserta dengan optimasi peletakannya pada perahu. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puji Setiono, Pendidikan Teknik Elektro S1 Universitas Negeri Semarang 2006, telah dipaparkan secara gamblang mengenai pemanfaatan alternator sebagai salah satu alternative untuk membuat suatu turbin angin yang efektif dan efisien. Dalam penelitian tersebut, dinyatakan bahwa berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan dari pemanfaatan alternator mobil sebagai pembangkit listrik tenaga angin, alternator mobil dapat mengeluarkan tenaga listrik DC dengan memanfaatkan tenaga angin. Dengan kecepatan angin sebesar 5,7 m/det sampai dengan 6,3 m/det akan memutar baling-baling yang menghasilkan kecepatan putaran alternator sebesar 120 rpm sampai dengan 210 rpm dan tegangan keluaran rata-rata sebesar 10,64 volt, arus sebesar 3,8 ampere, sehingga energi yang dikeluarkan perjam sebesar 40,4 Watt/jam.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana mewujudkan alternator mobil pada pembangkit listrik tenaga angin yang akan digunakan untuk menggerakan perahu nelayan dengan optimasi penempatan turbin. Sehingga diperoleh daya yang optimal.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mewujudkan suatu alternator mobil sebagai penggerak perahu nelayan berbasis energi angin (wind energy).
2. Dapat mengetahui posisi turbin yang dapat menghasilkan daya optimal
3. Sebagai model hasil rekayasa untuk pengembangan alat kelautan dan perikanan.

II. ANGIN
Pada dasarnya, angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dipermukaan bumi. Perpindahan udara atau gesekan udara terhadap permukaan bumi inilah yang disebut angin[5].

III. TURBIN
Turbin angin atau kincir angin mengubah energi kinetik menjadi kerja mekanis. Untuk memproduksi arus bolak-balik (AC) sistem ini harus didesain untuk selalu beroperasi pada kecepatan sudut yang tetap pada kecepatan angin yang berubah-ubah agar diperoleh frekuensi yang konstan. Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik[1].
Berikut ini akan dijelaskan mengenai bagian-bagian turbin[10].
1. Sudu
Sudu merupakan bagian dari sebuah kincir angin berupa pelat yang rata. Bila sejumlah udara dengan kecepatan v bergerak melalui bidang seluas A (luas sudu).
2. Gearbox
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah padakincir menjadi putaran tinggi.
3. Brake System
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar.
4. Generator
Alat untuk mengubah energi mekanis menjadi energi listrik.
5. Penyimpan Energi
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi dua jenis turbin angin Propeller dan turbin angin Darrieus.
a. Turbin angin Propeller adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.


Gambar 1. Turbin angin propeller
b. Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeller[12]. Namun, turbin angin ini tidak dapat memulai putarannya sendiri dan membutuhkan sebuah alat pembantu untuk putaran awal. Selain itu, turbin ini dipasang cukup dekat dengan permukaan tanah. Sehingga untuk mendapatkan energi yang cukup membutuhkan ukuran turbin yang cukup besar pula[3].

Gambar 2. Turbin angin darrieus

IV. PRINSIP PERUBAHAN ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK
Pembangkitan energi angin terjadi berdasarkan prinsip perubahan energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati turbin angin. Ketika melewati turbin angin, angin mengalami pengurangan energi kinetik (yang ditandai dengan berkurangnya kecepatan angin). Energi kinetik yang “hilang” ini dikonversikan menjadi energi mekanik yang memutar turbin angin, turbin angin ini terhubung dengan rotor dari generator. Generator mengubah energi mekanik menjadi energi listrik[2].

Gambar 3. Skema Sistem Konversi Energi Angin

V. ALTERNATOR [10]
Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik dan mesin menjadi energi listrik.

Gambar 4. Alternator


Bagian-bagian Alternator[8]
1. Rangka Stator
Rangka stator adalah salah satu bagian utama dari alternator yang terbuat dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagianbagian alternator.
2. Stator
Stator terdiri dari stator core (inti) dan kumparan stator dan diletakkan pada frame depan dan belakang.
2. Rotor
Rotor berfungsi untuk membangkitkan medan magnet.
3. Slepring atau cincin geser
Dibuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Slepring ini berputar secara bersama–sama dengan poros (as) dan rotor.
4. Dioda
Dioda hanya dapat dialiri arus listrik secara satu arah saja. Sehingga diode dapat digunakan untuk menjadi penyearah arus.

VI. PRINSIP KERJA ALTERNATOR[10]
Alternator adalah salah satu komponen yang sangat penting. Alternator mobil ini mengeluarkan tenaga listrik AC dengan memanfaatkan putaran tenaga angin kemudian diubah menjadi tenaga listrik DC sebelum disuplay ke akumulator.


Gambar 5. Diagram blok sistem kerja alternator

Untuk lebih jelasnya lagi dibawah ini dijelaskan dari masing-masing blok diagram tersebut :
1. Baling-baling merupakan alat untuk menangkap perputaran angin
2. Alternator berfungsi mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.
3. Akumulator berfungsi untuk menyimpan energi listrik.
4. Beban merupakan perangkat yang memerlukan daya listrik agar dapat bekerja.

VII. MESIN PERAHU LISTRIK ALA SANTRI[11]
Para santri di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur berhasil membuat prototipe mesin perahu motor tempel bertenaga listrik. Dengan menggunakan mesin bertenaga listrik ini nelayan tidak perlu lagi membeli BBM. Mereka cukup mengisi atau charge listrik ke baterai besar atau aki sebagai sumber tenaga penggerak mesin.
Listrik sebagai sumber tenaga penggerak mesin ditampung dalam aki yang diisi atau di-charge menggunakan adaptor. Kapasitas listriknya sesuai dengan kekuatan aki tersebut. Daya aki yang dipakai sebesar 2.700 watt dan bisa bertahan selama 5-7 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi aki itu sekitar 10 jam. Saat listrik dari aki itu dinyalakan, akan menggerakkan roda gigi yang ada dalam mesin motor tempel itu. Roda-roda gigi yang berputar itu ikut memutar propeler atau baling-baling yang disambungkan melalui pipa panjang. Mesin motor tempel ini bisa mendorong perahu nelayan hingga mencapai kecepatan 20 knot. Perputaran propeler atau baling-baling memiliki dua tingkatan kecepatan. Jika dipasang pada kecepatan rendah, energinya bisa bertahan lebih lama. Begitu juga sebaliknya.


Gambar 6 . Prototipe mesin perahu motor tempel bertenaga listrik.



VIII. PEMANFAATAN ALTERNATOR MOBIL SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN [10]

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan dari pemanfaatan alternator mobil sebagai pembangkit listrik tenaga angin, alternator mobil dapat mengeluarkan tenaga listrik DC dengan memanfaatkan tenaga angin. Dengan kecepatan angin sebesar 5,7 m/det sampai dengan 6,3 m/det akan memutar balingbaling yang menghasilkan kecepatan putaran alternator sebesar 120 rpm sampai dengan 210 rpm dan tegangan keluaran rata-rata sebesar 10,64 volt, arus sebesar 3,8 ampere, sehingga energi yang dikeluarkan perjam sebesar 40,4 Watt jam.

IX. OPTIMASI LADANG ANGIN[4]

1. Pemodelan Kedekatan Turbin
Model optimasi penempatan turbin berdasarkan kedekatannya adalah:
Maksimumkan
Untuk
formula IP1
K adalah himpunan semua kelompok maksimal dalam graph G. Masing-masing kelompok maksimal adalah subset dari V. Dimisalkan pula menotasikan besar daya pada vertex v, menotasikan posisi turbin pada vertex v, dan untuk vertex yang lain. Batas maksimum yang membatasi jumlah maksimum pembangunan turbin dalam ladang angin bernilai kurang dari atau sama dengan k.

2. Model Gangguan Turbin yang Lebih Baik
Model optimasi penempatan turbin berdasarkan gangguan antar turbin adalah:
Maksimumkan
Untuk

Sedangkan program untuk menampilkan simulasi optimasi penempata turbin tidak dicantumkan dalam makalah ini.

X. PENENTUAN DESAIN BALING – BALING
Berdasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya, maka akan digunakan baling-baling dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Sudu berbentuk trapezium[7]
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Holid Jajuli, akan dipilih bentuk sudu trapesium. Hal ini dikarenakan baling-baling dengan sudu berbentuk trapesium memiliki tingkat efisiensi yang relatif lebih tinggi dibandingkan bentuk lainnya.
2. Diameter baling-baling 1.5 m[10]
Agar didapatkan besar daya yang diinginkan, yaitu 40.4 watt/detik, maka digunakan baling-baling dengan diameter 1.5 m. Hal ini dikemukakan oleh Puji Setiono dalam skripsinya yang berjudul “Pemanfaatan Alternator Mobil Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Angin”.
3. Jumlah sudu 5 buah[7]
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Holid Jajuli juga diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan baling-baling dengan sudu yang berjumlah 5 buah menghasilkan efisiensi daya yang lebih besar dibanding dengan yang berjumlah 4 buah atau 3 buah pada setiap bentuknya.
4. Bahan sudu adalah potongan pipa paralon tipis dengan rapat massa 1.662619 gram/cm3[6]
Kesimpulannya adalah dengan mengambil satu pembebanan pada nilai R = 99,3 ohm, didapat efisiensi daya pada kincir angin poros dengan gir untuk bahan daun fiber ( m1 =5,80 gr ) = 10,62 %, untuk bahan daun paralon tipis ( m2=10,48 gr ) = 15,27 %, dan untuk bahan daun paralon tebal ( m3 =20,23 gr ) =12,13 %.
5. Jarak antara ekor dan baling-baling adalah 1 m
6. Panjang tiang penyangga adalah 120 cm
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
1. Alternator dapat digunakan sebagai pengganti generator pada turbin.
2. Optimasi penempatan turbin dapat diperoleh dengan mengetahui diameter sudu turbin, koefisien dorong turbin, jarak di belakang hulu turbin, konstanta penyebaran angin, panjang kapal, lebar kapal, jumlah turbin dan data kecepatan angin.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah mencari model kapal agar daya yang dihasilkan turbin dapat dioptimalkan. Termasuk didalamnya adalah mengenai ukuran kapal bahkan vahan kapal yang sesuai.

XII. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Alamsyah,Hery. 2009. Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu Sebagai Penggerak. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang
[2]. http://www.articlesnatch.com/ Bagaimana Bekerja Energi Angin: All The Facts
[3]. Denny Sindi Pratama.com/TURBIN. 21 Februari 2010
[4]. Donovan, S. 2009. Jurusan Teknik MIPA Universitas Auckland, Selandia Baru.
[5]. www.google.com/fisika_energi/Bab_6_ energi_angin. 21 Februari 2010
[6]. Jaeni , Mohammad. 2008 .Pengaruh Bentuk Dan Massa Daun Baling-Baling Pada Kincir Angin Pembangkit Daya Listrik Sebagai Model Pembelajaran Fisika Berbasis Penelitian Di Sma/Ma. Institut Teknologi Bandung Press.
[7]. Jajuli, Holid. 2009. Merancang Alat Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana. Institut Teknologi Bandung Press
[8]. ohi-kie.com/komponen alternator. 15 Maret 2010
[9]. otomotifnet.com/alternator.17 April 2010
[10]. Setiono, Puji. 2006. Pemanfaatan Alternator Mobil Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang
[11]. Trobos.com/ Mesin Perahu Listrik Ala Santri. Edisi Mei 2009
[12]. www.wikipedia.com/turbin_angin. 15 Maret 2010

Rabu, 10 Maret 2010

MENANTANG HATI


Menangis, aku sangat gembira ketika nama dan nomor ujianku terpampang indah di atas koran yang sedang kutatap. Menjadi salah satu mahasiswa di Institut Perjuangan adalah impian terbesarku. Dan begitulah aku dengan kerja keras tapi dimudahkan oleh Tuhan, selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Hingga suatu saat…….

“Tara!”panggil seorang temanku.

“Hei, what’s up?”jawabku cepat seraya mengulurkan tanganku berharap di sambut juga oleh Brahma, seorang teman lelaki terdekatku. Sudah seperti saudara sendiri. Begitulah aku dan Brahma.

Dengan tanggap dia menyambut tanganku yang terulur ringan, “Hei, entar malem kamu ikut bedah buku di markas ‘gak?”ucapnya semangat, “Beriman Tanpa Rasa Takut by Irshad Manji lo….”lanjutnya lagi.

“Oia, untung kamu ingetin. Yups, aku pasti dateng dong….!”tandasku tak kalah semangat.

Begitulah aku dengan Brahma Negara, seorang laki-laki lumayan tampan, satu fakultas denganku. Meskipun kita berbeda jurusan, itu tidak menyurutkan persaudaraan yang telah dan sedang kita jalin. Menjadi partner in crime to each other, membuat kita semakin akrab. Sangat akrabnya hingga suatu hari Nina, pacar sekaligus belahan jiwa Brahma yang lain, mendatangiku guna melabrakku karena terlalu dekat dengan “cintanya”. Tanggapanku, hanya tertawa lebar dengan menunjukkan semua gigi yang kupunya.

“Nina, aku sama sekali ‘gak tertarik ma cowokmu. Kita berdua murni bersaudara. Dari awal kita kenalan, kita udah mendeklarasikan diri sebagai saudara. Kamu ini aya-aya wae… Ada-ada aja. Udah kamu tenang aja. Meskipun kamu buang si Brahma di pinggir jalan, ‘gak bakal aku pungut kok…”jawabku santai. “Kamu seharusnya percaya penuh ma Brahma. Dihatinya, ‘gak ada wanita lain selain kamu. Dia sayang banget ke kamu. Asal kamu tahu, saat ini, buat Brahma, kamu adalah the one and only. Kamu ‘gak perlu curiga ke dia. Banyak teman-temannya yang menentang hubungan kalian. Tapi, dia tetap bertahan dan tetap menggandengmu sebagai pasangannya. Kurang apa lagi?”lanjutku terus terang.

“Aku cuma ‘gak suka ya, kamu deket-deket ma Brahma. Mataku risih ngeliatnya. Awas kalau kamu berani ngedeketin Brahma lagi.”ancam gadis manis di bawah lindungan kerudung biru muda di atas kepalanya itu.

Nina pun melengos pergi. Tanpa salam, tanpa pamit. “Kayak jelangkung aja. Dateng ‘gak dijemput, pulang ‘gak dianter.”kataku dalam hati seraya tersenyum simpul.

Tanpa sedikitpun mengindahkan kejadian kemarin, aku bersama Brahma tetap melakoni segudang kegiatan yang memang rutin kita berdua lakukan. Menjadi pengurus dalam klub Readingholic, membuat aku dan Brahma sering berinteraksi. Bahkan lebih sering daripada interaksinya dengan kekasihnya sendiri, Nina.

Sebenarnya, bukanlah rahasia lagi bahwa Nina hanya menjadikan Brahma sebagai sopir yang akan dengan senang hati mengantarnya kemanapun dia mau. Tidak ada yang tidak tahu bahwa Nina hanya menjadikan Brahma sebagai alat meraih popularitas. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan sekaligus pemrakarsa Readingholic yang saat ini sedang berada di puncak. Brahma juara dua, tentu saja setelah aku, dalam lomba menulis cerpen mahasiswa tingkat provinsi. Siapa yang tak mengenal Brahma, mahasiswa jurusan Fisika yang tinggi semampai, berhidung mancung, berkulit putih, dan bermata coklat indah. Seakan seantero kampus mengelukan namanya. Sudah barang tentu menjadi kebanggaan bisa meraih hati sang Brahma. Tapi, hati Brahma sedang berkabut cinta. Dia tetap memilih Nina, gadis yang memang benar-benar manis wajahnya itu.

“Apa? Diabetes? Apa Nina mengetahui hal ini?”tanyaku terkaget hingga tanpa kusadari mataku tengah melotot pada sosok mempesona, Brahma.

“Nina sama sekali belum mengetahui hal ini. Kamu adalah orang pertama di samping kedua orang tuaku yang mengetahui hal ini.”ucap Brahma semakin lirih. “Aku takut Nina akan meninggalkanku jika dia mengetahui penyakitku ini.”

“Brahma, sadarlah! Jikapun Nina benar-benar mencintaimu, dia akan selalu berada di sampingmu apapun dan bagaimanapun keadaanmu. Ketahuilah sahabat sekaligus saudaraku, kamu berhak mendapat yang terbaik. I know that you will.”kataku menghiburnya. “Aku tahu ucapanku ini sangatlah klise. Tapi, coba kamu renungkan. Apa makna cinta sesungguhnya? Apa arti kebersamaan dalam perasaan sayang? Cinta itu tidak membutuhkan alasan. Cinta tidak membutuhkan kata apalagi pembuktian. Cinta akan selalu ada di hati kita. Dan cinta itu juga yang akan memilih kepada siapa dia diberikan. Percayalah, kejujuran adalah yang terbaik. Sepandai apapun kamu menyimpan bangkai, akhirnya pasti akan tercium juga.”lanjutku lagi.

“Oke, aku akan bilang ke Nina tentang hal ini. Tapi, apa kamu masih tetap mau jadi teman, sahabat bahkan saudaraku, seorang penderita diabetes taraf lanjut?”tanya Brahma seraya menundukkan kedua kepalanya di hadapanku.

“Ya Tuhan, Brahma, aku sayang ke kamu tulus. Benar-benar tulus. Aku sama sekali ‘gak peduli ma penyakitmu. Apapun yang terjadi, kamu tetaplah Porthosku.”ucapku sambil memeluknya erat hingga tak terasa airmataku menetes perlahan di atas pundaknya.

“Athosku, terima kasih. Kamu jangan ninggalin aku karena hal ini ya!”pintanya lembut, dan akupun mengiyakan hanya dengan anggukan. Tak kuasa mengucapkan sepatah katapun.

***
Seperti yang sudah aku duga sebelumnya, Nina saat ini menggandeng lelaki tampan yang lain. Deva, mahasiswa teknik yang juga merupakan salah satu icon besar di fakultasnya.

Dan disinilah aku, bersama Brahma di ruangan serba putih. Rumah Sakit Harapan menjadi tempat kami menghabiskan sebagian besar waktu kami berdua. Brahma yang kini ringkih, berbaring tak berdaya di atas tempat tidur berkain hijau muda cerah, pertanda harapan hidup. Dengan menggenggam kedua tanganku, Brahma berucap,”Bagaimana bisa selama ini mataku tertutup akan cinta sejati yang begitu dekat. Bagaimana bisa aku mengabaikan cinta tulus yang bersemayam di hati sahabatku sendiri. Bagaimana bisa aku tak menyadari bahwa akupun begitu mencintaimu, wahai Athosku yang terkasih.”

Aku tersenyum simpul, ”Mata manusia memang sangat terbatas. Sehingga tidak tahu apa yang akan terjadi bahkan apa yang sedang terjadi. Apa yang ada di hadapan mata dan apa yang jauh dari jangkauan. Hatikupun begitu bodoh untuk memahami yang mana kasih sayang dan yang mana cinta. Aku juga telah begitu tolol karena baru menyadari bahwa cinta itu dekat. Sangat dekat.”jawabku seraya menggenggam erat kedua tangan Brahma.



Zoe’04

Rabu, 03 Maret 2010

TERBATAS

Manusia adalah makhluk yang gemar sekali memberi simbol pada segala sesuatu. Bukan hanya itu keahlian manusia, tapi manusia juga sangat piawai dalam membatasi segala sesuatu. Pembatasan yang dilakukan manusia merambah ke segala segi kehidupan.
Garis yang melengkung di kedua ujungnya disimbolkan sebagai bilangan tak hingga. Padahal semua manusia bahkan para ahli pun tidak tahu berapa tepatnya bilangan itu. Ada tapi tiada, tidak ada tapi eksis. Begitulah gambaran tentang angka misterius ini. Sama halnya dengan angka nol (0). Dikatakan ada, angka ini tidak menunjukkan apa-apa. Dikatakan tidak ada, tapi bilangan ini menjadi titik pusat atau titik awal dari setiap garis bilangan.
Contoh diatas hanyalah sebagian dari penyimbolan dan pembatasan yang dilakukan manusia. Masih banyak lagi penyimbolan bahkan pembatasan yang lain. Bodohnya lagi, penyimbolan dan pembatasan ini juga banyak dilakukan manusia pada Tuhan-sesembahan yang Maha Tinggi.
Manusia menjadikan alam sebagai bukti bagi eksistensi-Nya. Ketahuilah, alam semesta dan segala isinya hanyalah ciptaan-Nya. Alam tidak menunjukkan apa-apa tentang pencipta-Nya. Karena paku yang menancap pada sebuah kursi tidak akan tahu apapun mengenai Sang Tukang pembuat kursi itu. Begitulah layaknya keadaan manusia dalam memahami siapa Tuhannya. Pembicaraan tentang Tuhan dilakukan oleh banyak manusia tanpa tidak membatasi-Nya. Apalagi ketika memperbincangkan tentang sifat-Nya. Manusia sendiri tidak tahu apa yang mereka maksud dengan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dan Maha-Maha yang lain. Menurut Kamus Bahasa yang juga dibuat manusia, kata maha berarti sangat yang paling sangat, tidak ada bandingan dan tidak ada yang melebihi. Mungkin karena pengetahuan manusia begitu terbatas sehinga manusia selalu membatasi segala permasalahan yang mereka hadapi. Keterbatasan yang sangat sering kita banggakan. Keterbatasan yang sangat sering membuat kita lupa atas keterbatasan itu sendiri. Lupa pada keterbatasan yang ada dalam diri kita sendiri. Sehingga kita menjadi terlalu sibuk membatasi segala yang ada. Dan lupa menjadikan keterbatasan kita sebagai titik awal untuk mawas dan tahu diri.






Zum@yakusa

SALAHKAH

Entah mengapa hari ini aku merasa sendiri. Meski langit begitu penuh bintang dan jalanan masih begitu ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Tapi, aku hanya mendapati diriku kesepian di pinggiran kota. Di kota yang bahkan aku tak tahu dan tak kenal satu pun penghuninya. Semua berbicara dengan bahasa yang sama sekali tak kumengerti. Semua bertingkah seolah aku adalah manusia yang tidak tahu adat. Manusia yang benar-benar tidak tahu bagaimana caranya hidup dengan manusia lain.
Salahkah aku jika aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka maksud? Salahkah jika sedikit saja aku berharap akan kedatangan pahlawan kesiangan yang akan dengan senang hati mendengarku berbicara dengan bahasaku sendiri. Salahkah aku jika aku berharap dengan sangat akan kehadiran sesosok bijaksana yang akan dengan senang hati pula memberiku nasehat dan saran yang aku mengerti dan yang benar-benar dapat aku terima? Salahkah aku jika aku tetap menunggu keturunan Adam yang dapat mengerti posisiku dan dapat dengan bijaksana memberiku pesan yang layak untuk dipertimbangkan? Aku butuh penyelesaian, bukan justifikasi akan ketidakmengertianku. Bukan tuduhan yang sangat memojokkanku. Dan bukan juga kata-kata bernada tinggi yang mengandung makna bahwsanya tidak ada pilihan lain bagiku selain PULANG.
Salahkah aku jika aku ingin tetap tinggal di tempat yang membuatku nyaman? Salahkah aku jika aku ingin tetap bersama manusia yang mengerti bahasaku dan manusia yang berbicara dengan bahasa yang aku mengerti pula?
Di rumah, bagiku semua hanya bisa diam. Tanpa kasih maupun sayang. Apalagi cinta. Pantaskah hal yang sedemikian itu disebut dengan rumah? Menurutku itu hanya bangunan saja. Hanya onggokan puing-puing beton dan batu bata. Tidak bermakna. Tidak pula bernyawa. Begitu juga dengan penghuninya. Mereka, yang katanya adalah manusia-manusia yang mengalir di dalam tubuhnya darah yang sama dengan yang ada di tubuhku, hanya mampu mengumpatku dengan semua tingkah lakuku. Beberapa orang memang sangat pandai menilai bagaimana orang lain harus bertindak dan menjalani hidupnya dan tidak begitu dengan kehidupan mereka sendiri, kata Coelho.
Aku, hanyalah keturunan Hawa yang dengan sekuat tenaga mencari rumah. Mencari tempat yang membuatku nyaman, mencari lingkungan yang dapat memberikanku harapan untuk hidup sebagai manusia. Bukan sebagai makhluk lain yang aku tidak tahu harus diklasifikasikan sebagai apa. Bukankah kata Irshad rumah adalah tempat tinggal martabat bukan hanya tempat nenek moyang berasal? Jika di tempat yang mereka sebut sebagai rumah tidak dapat memberikan tempat bagiku untuk meletakkan martabatku, tidak bolehkah aku meninggalkan bangunan kosong itu dan mencari tempat untuk martabatku sendiri? Tidak bolehkah aku menuju ke tempat dimana aku dengan martabatku mendapatkan sambutan yang sangat lebih dari kata layak?

SAHABAT DAN CINTA

Melihat kesedihan di raut muka kedua orang tua Zarra, aku terenyuh. Tak sampai pada logikaku mengapa dan bagaimana Zarra, seorang gadis periang penuh semangat dan penuh cita-cita kini terbaring tak berdaya di atas seonggok dipan di sebuah ruangan sempit tak bernomor ini. Wajahnya kaku, tanpa senyum yang biasa dia sedekahkan kepada semua orang yang ditemuinya. Menjadi salah seorang pasien di rumah sakit Diponegoro, nampaknya bukanlah keinginan gadis rupawan ini. Keceriaan yang meskipun tak tampak dari ekspresi wajahnya, namun tetap dapat dia pancarkan lewat semangatnya untuk hidup dan tetap melawan penyakit yang sedikit demi sedikit menggerogoti tubuhnya yang elok.
Tata bicaranya yang menyala sama sekali tak mudah dilupakan setiap orang yang pernah bersentuhan dengan kata-katanya. Gaya gerak tubuhnya tak mungkin dapat dihilangkan dari daftar hal-hal paling menakjubkan di dunia. Dan semua yang ada dalam dirinya membuat teman dan kerabat dekatnya merasa tak rela dan tak percaya bahwa gadis yang selalu membuat dunia tersenyum itu, kini sudah tak lagi dapat menaburkan senyum indahnya ke seluruh penjuru bumi.
”Serangan whelan”, kata dokter spesialis kejiwaan dan gangguan saraf yang tengah menangani kasus Zarra. ”serangan ini lebih ganas dari serangan jantung.” lanjutnya lagi.
”Pasien tampak tertidur pulas. Bermimpi, tapi tidak akan kembali. Bukan koma, apalagi gila, tapi menghilangnya raga dan bukan nyawa. Badan tidak lumpuh, hanya saja virus dalam otaknya menyebabkan pikiran tidak ingin bergerak. Virus inilah yang mengakibatkan saraf motorik pasien menjadi lumpuh meskipun tidak terdapat gangguan pada saraf tersebut. Akibat dan serangan dari penyakit jenis ini lebih berbahaya dari skyzofrenia. Dan serangan ini hanya terjadi 12 kali didunia dalam kurun waktu 50 tahun. Langka, dan saya sangat yakin belum ada pengobatan efektif yang dapat dilakukan.” kata dokter bertubuh subur itu menjelaskan.
”Kami sebagai ahli medis bukan menjatuhkan semangat dan harapan anda pada kesembuhan Zarra, tapi kami hanya menyampaikan apa yang kami ketahui. Kami hanya akan menyampaikan fakta. Tapi, ini tidak berarti kita harus menyerah pada penyakit yang diderita Zarra. Kita harus terus berusaha yang terbaik bagi kesembuhan Zarra. Paramedis hanya dapat memeriksa setiap respon pasien terhadap rangsang. Baik panca indra maupun pikirannya. Kita hanya mampu menjaga supaya pasien tidak kehilangan kontak dengan lingkungan selama jantungnya masih berfungsi. Jadi, saya harap dari pihak keluarga dan teman-teman pasien dapat membantu kinerja kami dengan tetap menjalin kontak dengan pasien. Anggap pasien seperti manusia normal pada umumnya. Jangan mengingatkan bahwa pasien tengah tak berdaya. Saya harap bapak dan ibu bisa sabar menanti sadarnya Zarra.” diiringi sebuah senyum kecut, dokter itu meninggalkan ayah dan ibu Zarra dalam kondisi bingung akan penyakit yang dialami putri tunggal mereka.
Aku masih sama sekali tidak mengerti bagaimana penyakit yang mengerikan itu bisa menghampiri tubuh elok Zarra, tubuh yang aku kenal sangat kuat melawan segala serangan penyakit. Setahuku, Zarra adalah manusia paling kebal penyakit. Dia adalah makhluk yang paling jarang sakit jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain yang aku kenal. Mungkin hanya flu penyakit yang kerap menimbulkan masalah baginya.
Menatap mimik wajah Zarra yang datar, aku merasa kembali ke masa lalu. Ke masa dimana kita kerap melakukan hal-hal gila bersama. Menjadi wartawan budaya hingga di daerah terpencil adalah obsesi terbesar kami sejak SMU. Tri Darma, SMU terkemuka di bilangan Cipete menjadi tempat kami menimba ilmu selama tiga tahun. Disanalah kami bertemu untuk pertama kalinya.
”Hai manis, namaku Zarra. Kamu?” sapanya sambil mengulurkan tangan hendak menjabat tanganku. Tak akan pernah kulupakan senyum indah yang diberikannya untukku ditengah penderitaan kami sebagai siswa baru di SMU itu.
”Rui.” jawabku seraya mengumbar senyum terbaik yang pernah kumiliki. Betapa tidak, dia adalah teman pertamaku di SMU.
Tanpa memerlukan waktu yang lama, kami dapat akrab dengan begitu mudahnya. Kesenangan terhadap jenis musik yang sama menjadikan kita berdua pasangan duo sejati di sekolah. Aku berterima kasih pada Billie Joe (Green day) yang telah mengantarkanku seorang sahabat sejati yang sebelumnya aku kira hanya ada di dongeng-dongeng klasik belaka. Kegilaan kami berdua terhadap musik punk, khususnya Green Day dan Sum 41 membuat kami semakin akur. Bahkan ditengah-tengah masa orientasi kami sebagai siswa baru, kami selalu menjalin manisnya persahabatan.
Meskipun kami saat itu hanyalah dua orang siswa baru, popularitas kami tidak kalah dengan guru paling menjengkelkan di sekolah. Bahkan kami lebih terkenal daripada guru yang menjabat sebagai wakasek kesiswaan dan yang merupakan guru paling ditakuti dan dibenci oleh seantero siswa yang masih waras di sekolah. Kepopuleran kami dikarenakan oleh kebersamaan kami yang selalu kami jaga. Sepaket, itulah komentar setiap teman saat ditanya mengenai kami berdua.
Bukan hanya jenis musik yang kami gandrungi saja yang sama, tapi juga pandangan kami terhadap hidup pun sejalan. Kami tidak akan menyerah pada hidup. Apapun yang terjadi, kami akan membuat nasib kami sendiri. Karena hanya pecundang yang menyerahkan seluruh hidup pada nasib. Dan kami bukanlah pecundang. Paling tidak itulah motto hidup kami. Kami sangat menjunjung tinggi kemerdekaan manusia dalam memilih jalan hidup masing-masing. Tapi yang kami akui sebagai pilihan disini adalah jalan yang dipilih melalui proses tesis, perenungan dan telaah terlebih dahulu. Bukanlah sebuah pilihan jika diambil tanpa ada pertimbangan sebelumnya. Idealisme masa remaja yang indah.
Sering bersama, kami semakin kompak dalam segala hal. Istilah yang kami gunakan untuk menyebut diri kami satu sama lain adalah Partner in Crime. Suka, duka, bahkan marah dan benci serta kecewa kami hadapi berdua. Tak terpisahkan, tak tergantikan. Hingga kami duduk di bangku kuliah, seperti sekarang ini.
Menjadi mahasiswa Sastra Inggris tidaklah sulit kami jalani. Karena inilah impian kami. Bahkan bukan hanya bahasa inggris yang kami kuasai, Jerman, Jepang bahkan bahasa spanyol telah kami babat habis hingga kami duduk di semester 5 kini. Cita-cita kami semasa SMU rupanya telah mendarahdaging dalam jiwa kami. Keinginan yang teramat kuat guna menjadi wartawan budaya hingga di daerah terpencil di seluruh penjuru dunialah yang membuat kami begitu bersemangat dalam mempelajari seluruh bahasa asing dan kebudayaannya.
Tersenyum kecil, aku tersadar dari lamunanku akan masa lalu yang indah saat sedikit demi sedikit wajah Zarra ditutupi kain putih. Beberapa menit yang lalu, perempuan penuh karisma dan semangat hidup itu telah berhenti detak jantungnya, telah berhenti menghirup udara dari hidungnya yang mancung.
Pemakaman kalibata menjadi peraduan terakhir yang telah dipilih kedua orang tua Zarra. Tidak sedikit yang datang menyatakan rasa belasungkawa mereka. Menjadi pribadi yang menyenangkan, itulah yang dilakukan Zarra semasa hidupnya.
Masih lekat di mataku bagaimana sahabat baikku ini meninggalkan pesan yang membuat hatiku semakin hancur. Sebuah kertas bertulis yang hanya dapat dilihat jika kertas itu dicelupkan ke dalam air. Nampaknya dia menulis surat itu dengan tidak sembarangan. Zarra memang merupakan sosok yang penuh dengan kejutan. Penuh dengan hal-hal konyol namun bermakna. Surat itu ia tulis dengan menggunakan semacam bahan bakar. Entah bensin ataukah minyak tanah yang digunakannya. Aku mengetahui cara membaca surat itu lama setelah aku menemukan kertas itu di dalam buku catatanku yang dipinjamnya seminggu sebelum dia terkapar sakit. Sangat original. Ide dalam otaknya seperti tak pernah habis dan masih memiliki banyak stok kedepannya. Kagum yang amat sangat pada Zarra membuatku begitu menyayangi sahabatku itu.
Aku rasa, dalam tidur panjangnya kali ini dia pasti berkata, ”Seru! Seperti cerita detektif di film-film”, sambil mengumbar tawa meskipun aku sama sekali tak melihat secercah senyum dibibirnya. Airmata mengalir deras di pipiku saat kutatap tanah basah, tempat Zarra berbaring dibawahnya. Tak kusangka, waktu tidak berpihak pada manusia yang selalu memberikan inspirasi bagi setiap orang disekelilingnya. Tak pernah kukira bahwa Tuhan begitu menyayanginya, sehingga Dia memanggil Zarra cepat-cepat. Apapun yang terjadi pada Zarra, itu pastilah yang terbaik untuknya.
Membaca kembali kertas itu, hatiku tersayat. “Bagaimana bisa kau berpikir seperi itu, cintaku? Aku, sahabatmu, tidak akan pernah meninggalkanmu. Bukankah aku telah berjanji padamu, bahwa hanya Tuhanlah yang berhak memisahkan kita? Kau ingat itu kan? Aku mencintaimu Zarra, sahabatku yang baik tak terperi. I’ll give you my life to save your, i’ll give you my soul to save your, bahkan akan kukorbankan kehormatanku untuk menyelamatkan kehormatanmu. Jangan pernah ragukan cintaku padamu. Jangan pernah!” ucapku lirih di depan altar pemakaman Zarra, sahabat tercintaku yang akan selalu menempati seluruh ruang jiwaku.



secercah bahagia, seutas senyuman,
seonggok daging tanpa tulanglah yang melakukannya
tanpa kusadari aku menjadi kuat sekaligus lemah saat bersamamu
tanpa kusadari aku menjadi begitu cinta sekaligus benci terhadapmu
cinta pada setiap kelakarmu
benci pada setiap ketulusanmu yang membuatku melayang jauh ke angkasa
selayaknya aku adalah peri istana para dewa

entah mengapa aku merasa ada sesuatu menungguku di luar sana
aku menjadi begitu takut
menjadi begitu ciut, tercekam oleh sesuatu yang menakutkan
tapi aku sama sekali tidak tahu apa itu

aku tak takut pada hidup, apalagi pada mati
aku hanya takut pada satu hal, wahai sahabat tercintaku
KEHILANGANMU.....
Zarra madya pratama


Semakin meledak tangisku ketika kubaca nama penulis di akhir surat yang tengah berada dalam genggamanku itu. Duniaku menjadi begitu indah karena hadirnya seorang sahabat penuh cinta dan cita. Hari-hariku berwarna karena kehadiran sesosok pelangi persahabatan yang didambakan seluruh umat manusia. Sahabat. Sungguh berat menjadi seorang sahabat sejati. Tapi, kau melakukannya tanpa cela. Kau memenuhi setiap kualifikasinya dengan sangat sempurna. Zarra....beristirahatlah dengan segenap cinta. Aku akan melanjutkan mimpi-mimpi kita. Mengelilingi dunia, menjelajah budaya dan berbagi cinta sebanyak mungkin kepada setiap orang yang kujumpa. Beristirahatlah, wahai sahabat yang kucintai. Semoga setiap anak Adam memiliki sahabat sepertimu. Agar mereka tahu bahwa cinta itu hakiki. Bahwa cinta itu suci dan bahwa cinta itu indah tak tertandingi. Selamat tinggal Zarra............



Zoe ’04

CATATAN PENULIS JALANAN

Tanpa meragu kuguratkan penaku di atas secarik kertas. Kertas yang baru saja kubeli dari pasar loak. Kusam, setengah terpakai dan yang pasti murahan. Tinta hitamku menari dengan indah, berlenggak-lenggok lincah. Dengan segera kertas putih itu penuh dengan ide yang ada dalam benakku. Dalam ruangan yang sempit, sesak, hingga hanya untuk merentangkan tangan dan kakiku saja sudah membuatnya penuh ini, aku menguak segala yang terjadi di sekitarku dan menuangkannya di kertas kusam dan terbuang ini. Tak sadar, waktu seharian penuh telah kuhabiskan di depan meja belajarku yang mungkin sebentar lagi akan rubuh karena sebagian kayunya telah dimakan rayap.
“Panca, sedang apa kau? Mengapa kau tak keluar kamar sedari tadi? Apakah kau sakit?” berondong tanya terlontar dari bibir ibuku tersayang seraya berjalan mendekatiku.
“Anakmu ini sedang belajar menjadi seorang penulis, ibu. Sedari tadi aku mencoba menulis segala yang kuketahui tentang hidup dan segala yang terjadi disekitarku, bu. Aku berusaha menuangkan semua ideku di atas kertas ini, bu.” jawabku dengan berbangga hati.
“Penulis? Apa yang akan kau harapkan dengan menjadi seorang penulis?” Lanjut ibuku dengan nada sedikit tinggi. “Apa ini? Catatan penulis jalanan?” terdiam sejenak, ibuku menatap tulisanku lekat,”Isi tulisanmu ini terlalu mencolok anakku. Ini terlalu benar untuk diungkapkan. Adakalanya kita lebih baik menghindari masalah dengan tidak mencampuri masalah orang lain. Dan adakalanya kita lebih baik menutupi kebenaran meski hanya untuk menghindari masalah. Kebenaran tidak selalu harus diungkapkan anakku.”
“Tapi bu, bukankah ibu selalu mengajarkan kepadaku untuk selalu berkata benar meski nyawa sebagai taruhannya? Bukankah di sekolah aku selalu diajarkan untuk berani mengungkapkan kebenaran meski hukuman yang akan aku dapatkan nantinya? Bukankah di kampus aku selalu ditekankan akan nilai-nilai kejujuran?” sahutku lagi.
”Bukankah ibu pernah memberiku petuah bahwa kebenaran bukan hanya harus dipertanyakan, diserukan, dan diperbincangkan. Melainkan kebenaran itu harus diperjuangkan. Sudahkah engkau lupa akan wejanganmu itu, wahai ibu?” lanjutku dengan menatap mata ibuku lekat-lekat.
“Tentu saja ibumu ini masih ingat anakku. Tapi, ini kasusnya berbeda. Kejujuran dalam hal apa dulu. Walaupun kujelaskan, kau pasti akan menyangkalnya lagi. Ini bukan dunia yang kau kira, anakku. Dunia yang kau huni sekarang ini adalah dunia yang penuh dengan kebusukan. Tindakan bukan lagi mencerminkan jati diri, tapi lebih merupakan kamuflase dan omong kosong penuh mimpi. Kebenaran pun menjadi semakin kabur dan menjadi semakin tidak jelas. Bagaimana kau akan memperjuangkan sesuatu yang eksistensi dan jati dirinya pun tidaklah jelas adanya?” tandas ibuku seraya mengelus kepalaku dengan lembut.
“Apa yang berbeda, ibu? Tidak bisakah kita memandang kejujuran sebagai sesuatu yang universal dan bukan merupakan sesuatu yang partikular, bu? Memang ada berapa macam kejujuran, bu? Jika memang kejujuran adalah sesuatu yang partikular, maka bukankah itu berarti bahwa kebenaran juga bukan merupakan sesuatu yang universal? Lalu, jika begitu berat dan susahnya seseorang mendefinisikan kebenaran, apakah itu tidak berarti bahwa semua insan yang jauh dari kebenaran tidaklah dapat dipersalahkan? Sedangkan seperti yang sama-sama telah kita ketahui bersama bahwa setiap orang sejatinya telah memiliki kemampuan inderawi untuk memilih dan memilah mana yang benar dan mana yang salah? Apakah semua argumenku ini salah adanya, bu?” tanyaku tak terima.
“Kau masih terlalu lugu untuk menatap dunia yang sesungguhnya, anakku. Dunia ini tidak membutuhkan kejujuranmu. Dunia tidak peduli seberapa jujur dirimu. Dunia tidak mau tahu bilamana kau berkata jujur atau berdusta. Dunia yang kini berada di depan matamu adalah dunia yang bahkan lebih menghargai kedustaan dan kenistaan. Para penghuninya lebih menjunjung tinggi kebusukan dalam menjalani hidup.”sambung ibuku lagi.
Dengan penuh kekecewaan, aku menyela pernyataan beliau,“Jadi, untuk apa ada sistem hukum dan peradilan di dunia ini? Jika kejujuran saja menjadi begitu tidak berarti di hadapan kekuasaan. Untuk apa ada jajaran penegak hukum jika kejujuran hanya akan menjadi penyakit dalam masyarakat, dan kebenaran hanya akan menjadi pemanis bibir belaka,bu?”
“Sekali lagi, anakku. Kau terlalu lugu untuk mengerti betapa biadabnya dunia di luar sana. Kau terlalu polos untuk mengetahui betapa buruk rupa dunia dibalik kemilau indah yang dipancarkannya. Jangan memandang dunia dengan hanya mengandalkan kacamata kuda, anakku. Lihatlah dunia ini dengan matamu yang telah terasah dengan pengalaman hidup. Bukalah matamu lebar-lebar. Adakalanya kau harus memugar semua idealisme yang telah bertahun-tahun kau bentuk. Adakalanya kau harus membuang jauh keinginanmu untuk berkata jujur, jika sang penguasa tidak menginginkan kau untuk berkata jujur.”terang ibuku panjang lebar.
Aku kehabisan kata-kata untuk menyangkal kata-kata beliau. Aku hanya bisa menunduk dan menyesali nasibku. Nasib yang telah menempatkan aku di dunia yang sangat tidak aku mengerti ini. Setelah ibu meninggalkanku, aku tepekur menimbang-nimbang apa yang telah kudengar dari bibir beliau. Aku hanya bisa menatap kertas dihadapanku yang kini telah penuh tulisan itu. Kubaca dan kubaca berulang-ulang.


Catatan Penulis Jalanan


 Palu mengutuk setiap ucapanku, memaku mati setiap jonjot lidahku. Kata menjadi mati di kaki penguasa. Makna telah hancur di tangan para pembantai sastra. Pembunuhan karya dilakukan di udara yang katanya bebas merdeka. Upacara kremasi terhadap ide dilaksanakan atas nama konstitusi. Karena bagi mereka, konstitusi hanyalah alat pemusnah kebenaran. Bahkan hanya untuk menulis pun, semua sastrawan harus dihunjam berbagai macam peraturan yang sangat tidak relevan. Mereka lupa bahwa revolusi adalah ibu dari konstitusi. Mereka lupa bahwa kekuatan revolusi akan menghancurkan tiap jengkal konstitusi rekayasa yang telah mereka buat. Mereka lupa bahwa aku, kamu, dan seluruh rakyat dapat menciptakan kekuatan revolusi yang bahkan tidak akan dapat mereka bayangkan dahsyatnya. Dan mereka lupa bahwa betapapun mereka mengubur semua ide pergerakan, tidak akan dapat menyurutkan langkah pembaharuan yang akan menderu dan membabat habis segala penyimpangan yang mereka lakukan dengan sangat gamblang dan nyaris tampak tanpa dosa.
Di dunia ini, menjadi salah sangatlah susah. Tapi menjadi yang benar akan jauh lebih susah. Untuk memilih pemimpin, aku harus mencari yang terbaik. Tapi, yang terjadi sekarang ini sangatlah jauh berbeda. Diantara para calon yang akan menempati kursi kehormatan, tidak ada satupun yang pantas untuk dihormati. Tidak satupun dari mereka yang pantas untuk dipercaya. Apakah aku harus memilih yang paling buruk diantara para calon yang buruk itu?
Ya Tuhanku, aku tidak ingin menjadi penulis yang baik, hebat ataupun terkenal. Aku hanya ingin menjadi penulis yang benar. Penulis yang selalu berani untuk mengungkapkan apa yang tengah terjadi di hadapan dan di depan mataku. Penulis yang tak segan memberikan kutukan kepada para penjagal kemanusiaan. Penulis yang senantiasa berkata jujur dalam setiap kata yang diucapkannya. Apakah hal ini terlalu muluk untuk kuminta? Apakah permohonanku ini terlalu tinggi untuk kujangkau? Apakah do’aku ini terlalu susah untuk diwujudkan? Aku tahu Ya Tuhan, tidak ada kata susah jika berada di tanganMu. Maka itu ya Tuhan, kabulkanlah permohonanku.
By: Panca Bawana



Sepertinya, apa yang dikatakan ibuku itu benar adanya. Tapi, otakku masih terlalu bebal untuk mengerti. Sebenarnya aku tidak ingin mengerti hal itu. Akupun bergumam dalam hati,” Ibu, maafkan anakmu ini yang dengan senang hati akan selalu menentang apa yang engkau katakan tadi. Aku tidak ingin menjadi manusia yang lupa pada makna kejujuran, bu. Aku tidak ingin menjadi manusia yang terkurung oleh kemunafikan. Aku tidak ingin dan tidak akan membiarkan kebenaran hancur begitu saja. Aku tidak akan pernah mengijinkan kebenaran menjadi sampah yang terlupakan. Bahkan aku tidak ingin hidup di dunia yang engkau jelaskan padaku itu. Aku akan membangun sendiri duniaku. Dimana seseorang tidak perlu bersusah payah mencari alasan untuk menutupi kebohongan. Dimana kejujuran menjadi simbol peradaban. Aku tidak mau larut dalam peradaban dunia yang engkau ceritakan padaku itu, ibu. Karena peradaban yang telah engkau ceritakan padaku itu hanyalah peradaban yang membawa manusia bersama bumi yang ditempatinya datang mendekati jurang kenistaan yang berpalung dalam dan tak berujung pangkal. Setiap teriakan akan terdengar sangat nyaring disana. Tapi manusia telah menjadi begitu tuli semasa hidupnya. Setiap tangisan akan terlihat sangat jelas meskipun tanpa cahaya setitikpun disana. Tapi, manusia telah membiasakan matanya dengan kebutaan abadi yang tak akan tersembuhkan oleh suatu apapun. Setiap rintihan akan sangat berati disana, tapi manusia terlanjur terbiasa dengan kebisuan sejati yang menegasikan semua kemurnian kata. Aku akan membangun peradaban lain yang lebih mulia, ibu. Aku akan terus menerus berusaha membangun dunia dengan peradaban itu, bu. Semahal apapun aku harus membayarnya, aku akan tetap memperjuangkan apa yang aku yakini.”
Kulipat kembali kertas bertulis itu. Kusimpan aman di laci meja belajarku yang reyot. Dan akan kujaga sampai nanti suatu saat aku harus menentang dunia karenanya.


By: Zoe ‘04